Pages

31.12.12

The Adventures of Huck Finn, the Adventures from My Childhood

So last night, I re-watched The Adventures of Huck Finn (1993), an adaptation of Mark Twain's novel, "The Adventures of Huckleberry Finn", on my laptop, which brought my memories of my childhood back. I intended to watch it because I want to drown myself into nostalgic moment indeed. I watched this great film for the first time on my TV, on RCTI, when I was an elementary student, when I got a long year-end holidays. This film is one of my favorites & I still can feel something very special in it. The soundtrack was really brilliant & I can remember it perfectly in my mind (and always let my imaginations to take flight whenever I hear it), hence I think it could be one of the best film soundtracks I've ever heard.

Starred Elijah Wood as Huck Finn, with his remarkable acting, this film tells about Huck Finn, a kid in the 19's century who has a drunk father & a slave friend named Jim. He runs away from home & meets that runaway slave friend too. They experience adventures along the way of their pursuit of freedom, go to Cairo, a city which is connected with their hometown by the Mississippi River.

Young Elijah Wood as Huckleberry "Huck" Finn ♥



Huck Finn is naughty boy yet smart & has a big-heart.




Huck Finn disguises as Sarah (or) Marry Williams, haha.



 It's always so damn troublesome doing right & so damn easy doing wrong.






Jim: "True blue Huck Finn, my best, and my only friend."

  


Along the journey too, Huck Finn starts to distinguish between right & wrong, and is taught that just because an idea is popular, like slavery or racial issues, it doesn't make it right.

I haven't read the novel & plan to read it after my final exam. Maybe the novel, which is very popular, will give me a new viewpoint & remain a beautiful soul experience just like the film did, which had touch my heart as a little kid. This film will be one of my best collections & I wanna share it to my children someday haha. A good thing will be immortal, they are timeless.

Watch the trailer:



Original Soundtracks - The Adventure of Huck Finn:


Wanna watch the full-movie? Download via torrent HERE.

24.11.12

Sepotong Nostalgi Masa Lalu


Tulisan ini pernah saya muat dalam notes facebook saya. :)


Jurangmangu, 17 November 2010
10:03 PM

Lampu belajar, kipas angin, dan secangkir susu.


RASANYA rindu memang tak dapat diterka datangnya. Lima menit yang lalu saya mencoba membuka buku Pengantar Ilmu Hukum, menyalakan lampu belajar, dan mulai berencana mengerjakan tugas. Tetapi, sepercik nostalgia datang dalam pikiran saya. Lama-lama percik-percik tersebut berkumpul menjadi lautan kerinduan yang saya rasakan sekarang. Bermaksud berbagi, agar saya tidak terlanjur tenggelam di dalamnya, saya tuliskan sedikit ingatan-ingatan nostalgi ini.


1.    Koridor graha—RKB

SEMPAT tadi terlintas gambaran visual koridor kita di kepala saya. Tegel rapat, tiang-tiang penyangga, dan batu-batuan. Siswi berjalan berpasangan, langkah seirama, memakai jaket almamater biru tua dan diterangi remang lampu malam. Di kiri ada lapangan track dan sedikit bintang-bintang. Kemudian percakapan berlangsung di sana, di antara tiang-tiang koridor. Percakapan tentang apa saja: tentang mimpi, tentang cita, tentang angan, bahkan tentang cinta rahasia. Mungkin jika kita berjalan di antara tiang koridor itu lagi, akan kita dengar bisiknya tentang cerita kita di masa lalu.

2.    Graha putri

ENTAH mengapa ingatan saya selalu berawal dari lantai. Tegel, porselen, keramik. Keramik di lantai graha, satu perspektif. Ada kita yang dulu turun dari tangga, sedikit berlari, menuju ruang belajar.
Mengambil cangkir, mengisi air panas dari dispenser, menyeduh kopi.
Duduk di bangku dengan kaki di lipat, membaca buku, mengantuk, tertidur.
Dan ketika dibangunkan teman, ruangan sudah gelap, sudah saatnya apel malam. Di waktu berikutnya, yang membangunkan dari tidur bukanlah teman, tetapi Bu Katherine Her, yang waktu itu menjadi wali graha. Akhirnya dihukum menjadi pemimpin apel.

Malam di graha tak dapat dilupakan. Suara keciplak-kecipluk sandal jepit, berpadu dengan lagu pop dari laptop. Deru air dari binatu, bersatu dengan melodi keyboard dari jemari Reny.
Atau Sela.
Atau Laura.
Atau Nunu.
Atau... ah, keyboard umum untuk siapa saja.

Pendar putih lampu di plafon kena wajahmu juga saat kamu sedang bercanda, bercerita, berdendang. Pergi ke lobi, satu sofa sedang ditiduri. Di sebelahnya, ada tumpukan selimut, sprei, dan handuk sisa yang belum diambil setelah dilaundri.Setelah itu berputar kembali. Suara keciplak-kecipluk sandal jepit berpadu dengan lagu pop dari laptop. Deru air dari binatu bersatu dengan melodi harmonis keyboard. Kemudian berbelok ke tangga, naik, meninggalkan suara-suara tadi. Malam di graha memang tak dapat dilupakan.

3.    RKB

“PERHATIAN kepada seluruh rekan siswa, diharap mengisi tempat yang masih kosong.”

“Mur... mur... mur...”

“Perhatian ulangan....”

“Makan malam mulai, seluruh siswa, duduk siaaaaaaaaap grak!”

“Itadakimaaasu!”

“Maaf, kak, izin bertanya....”

– nasi putih – nasi goreng – nasi kuning – rolade – telur mata sapi – rawon – sayur jamur – tempe bacem – ikan lele – gudeg – capcay – ayam goreng tepung – sosis – kerupuk – pisang – blackforest – susu bendera coklat & stroberi –

“At ease....”

“Terima kasiiiiih....”


4.    Ruang kelas

PAK Pius. Bu Katherine. Bu Susi. Bu Wiwid. Pak Edi. Pak Henang. Bu Rina. Bu Era. Bu Ida. Bu Mumpuni. Bu Tuti. Pak Yo. Pak Arif. Pak Amin. Pak Parwinando. Muridnya Pak Parwinando.

-    Maaf bagi Bapak/ Ibu yang namanya belum saya tulis –

Kegiatan belajar-mengajar di TN. Siswa-siswi, bertas punggung putih dengan inisial nama dan nomor siswa. Papan tulis hitam dan putih, kapur dan spidol. Kemudian ada rumus relativitas atau pun probabilitas yang dicatatkan di sana, di buku tulis saya juga. Jika bosan, saya gambar dan saya corat-coret buku tulis. Tetapi, tahukah kamu, kadang saya menulis sebuah inisial nama di antara gambar-gambar abstrak itu, mencocok-cocokkan dengan inisial nama saya, dan saya gambar hati di antaranya?


Potongan ingatan yang lain: Balairung, komplek rumah pamong, boulevard.

Kawan, aku rindu kalian semuaaaaa >.<



9.11.12

Back to Childhood

Finally I started to learn digital coloring yesterday. Before this, I've always colored the drawings with one layer, no effects, no tricks. Most of them are just because I was "kepepet" to color the drawing. I was impressed by my friend's drawing & planed to learn it after midterm exam (I bought a sketchbook after the last exam finished XD). After learn some tutorials (it really helps me a lot!), here we go, these are my drawings.

I've made 2 drawings, used SAI Paint Tool. The first one pic was taken from my old archive on deviantart. I tried to paint it with mouse & it was difficult to get steady line in the first try.

Smiley Girl - original pic was taken from my old archive

Today, I also made one. After the first try last night, I got an idea how mouse user like me can get the tidier drawing. I tried to soften the shade too. Yeah, still not as tidy as the expert, but it's getting better. :)

Full Moon Miki - I tried to draw & paint her XD
Drawing & coloring like this make me feel like I am back to my childhood, haha. Btw I still have several tasks to do before the deadline (both school & WK). Seems I wanna get those tasks after I post this.
Semangat! (҂'̀⌣'́)9

4.10.12

Be Confident, Think Confident!

Somehow, I really like this quote, and one of Johnny Depp's quotes almost has same meaning like this. Be confident, think confident. Really like it. ♥


"Just keep moving forward and don't give a shit about anybody thinks. Do what you have to do, for you." - Johnny Depp.

29.9.12

Ideas, Please Come to My Head!

So this morning I planned to write some of short story about love. Feeling stuck because no idea came immediately, I opened my old archive on email & found this short story. Lalu saya tergelitik untuk membagi cerpen lama ini di blog. Karena cerpennya pakai bahasa Indonesia, kali ini saya akan posting dengan bahasa Indonesia dulu, ya. :3

Bagi yang tertarik, silakan membaca cerita pendek saya yang masih jauh dari kesempurnaan ini.

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

CATATAN HARIAN HASAN

Seorang gadis remaja berdiri di antara bangku-bangku di kelasnya. Diperhatikan sekelilingnya, tak ada satu pun kawannya yang bersamanya, diam di dalam kelas yang sepi itu. Kemudian ia hempaskan tubuhnya ke kursi dan mulai mengais-ngais sesuatu di dalam laci meja belajarnya.

Namanya Intan. Intan sedang penasaran. Tadi pagi lagi-lagi ia menemukan berlapis-lapis kertas aneh di laci meja kelasnya. Kemarin dan kemarinnya lagi pun Intan mendapat kertas-kertas tersebut, tapi belum sempat dibacanya. Sekarang pikirannya benar-benar dipenuhi oleh kertas misterius itu. Ada apa gerangan yang tertulis di situ?

Dan Intan pun mulai membaca...

Langit petang begitu indah kali ini. Lapisan jingga melingkupi horizon, dihiasi oleh semburat awan yang malu-malu tampil di atasnya. Angin berdesir. Burung-burung menari. Yang tampak adalah eloknya wajah bumi sore ini. Dan yang lebih indah, ada pelangi di sana. Aku jadi ingat cerita Ibu, ada pelangi berarti ada bidadari selesai mandi. Mandi dari air surgawi.

Barak tentara. Tak ada bidadari di sini. Yang tampak hanya segerombol manusia yang berjuang mencari kebebasan. Semuanya ingin kemerdekaan. Wajah-wajahnya pun dilingkupi semangat perjuangan. Termasuk aku dan Ridwan.

Ridwan adalah sahabatku sejak kecil. Kami suka bertukar pikiran, saling menceritakan tujuan dan impian. Ridwanlah yang membangun semangatku di kala aku hampir lebur dalam keputus-asaan. Ia sanggup menyalakan kembali lentera dalam hatiku. Orang yang selalu ikut tersenyum di saat aku tersenyum.

Mungkin aku belum cukup hanya mengaguminya. Ia seperti bagian dari diriku. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan, jagalah ia sepanjang kehidupan. Pun ingin menjadi orang terbaik baginya.
Wah, sepertinya tulisanku berhenti dulu di sini. Komandan sudah memanggil-manggil kami. Kusambung nanti, ya.

Intan membolak-balik selembar kertas tersebut. Mungkin ini sebuah catatan harian. Bentuk kertasnya biasa. Bentuk tulisannya pun biasa. Isinya yang tidak biasa. Siapakah yang menulis tulisan tidak biasa ini? Intan menyimpan tanya di dalam hati. Ia pun kembali menekuni kertas itu.

Aku lahir di tengah-tengah penjajahan 19 tahun yang lalu. Keluarga kecilku terdiri dari ayah, ibu, aku, dan adik perempuanku, Aisyah. Orangtuaku menamaiku Hasan. Kata orangtuaku, Hasan berarti kebaikan.

Kata orang aku mirip Ayah. Hidung mancung, rahang kokoh, juga sifat tanggung jawabnya. Sayang, hanya 12 tahun aku ikut mengisi kehidupannya. Ayah gugur di medan perang diserang penjajah.

Karena itu Ibu adalah wanita yang kuat. Menjadi tulang punggung sekaligus ibu yang baik bagi kami berdua. Ibu pun sering bercerita pada kami dongeng-dongeng dan cerita rakyat. Sesekali terselip mimpi dan impian dalam dongeng-dongeng khayalannya.

Di sebelah gubukku pun ada orang yang menyimpan banyak mimpi. Dialah Ridwan. Orang yang tetap kokoh walau badai berkali-kali menghantamnya. Bahkan dia tidak punya ibu seperti ibuku yang menceritakan dongeng setiap malam. Tapi jiwanya tetap kaya akan harapan. Seakan-akan dalam dirinya adalah tanah subur yang menumbuhkan impian.

Ridwan pun yang menguatkanku untuk ikut berperang. Setelah lulus dari sekolah rakyat, ia selalu mengatakan ingin meraih kemerdekaan. Katanya, kalau kita merdeka kita bisa hidup lebih baik. Tak ada lagi anak yang berteriak kelaparan karena tak ada yang bisa dimakan. Juga tak ada anak yang merasa kesepian karena orang tuanya gugur menjadi korban penjajahan.

Karena itu kami melakukan perjuangan. Aku bangga lahir di tanah ini, tanah yang sekarang jadi rebutan. Aku bangga punya kawan seperti Ridwan. Dan aku bangga ternyata banyak pula orang seperti Ridwan di negeri ini, punya tekad untuk meraih kemerdekaan. Aku pernah berandai-andai, bagaimana kehidupan anak-anakku, cucu-cucuku, dan cicit-cicitku di masa depan setelah kami raih kemerdekaan. Mungkin mereka dapat hidup lebih aman dan nyaman.

Tapi, apakah kebanggaanku kebanggaan mereka juga?

Intan membaca berkali-kali sebaris kalimat terakhir dalam kertas itu.

Tapi, apakah kebanggaanku kebanggaan mereka juga?

Intan menyadari sesuatu dalam kalimat itu. Mungkin ia telah lupa selama ini ia hidup di negeri yang begitu luar biasa. Dan ia mendapat kesimpulan baru. Mungkin ada seorang kawan yang sengaja membiarkan Intan membaca tulisannya. Atau benar-benar pejuang bernama Hasan seperti di dalam tulisan ini adalah penulisnya. Tapi biarlah. Intan senang membacanya.

Bel berbunyi. Istirahat telah usai. Kelas yang sepi itu berubah menjadi ramai kembali. Intan segera melipat kertas-kertas aneh tadi. Menyimpan impian dua orang pemuda bernama Hasan dan Ridwan itu ke dalam sakunya.

***

Sekolah di sore hari. Senja menyelimuti bumi. Masih terlihat kilau mentari yang sudah runduk di kaki kubah langit. Menyiramkan sinarnya ke sebagian belahan galaksi.

Intan duduk di sudut lapangan. Wajahnya letih dengan bekas peluh yang sudah menguap. Diluruskan tungkainya, memanfaatkan sebaik-baiknya waktu istirahat yang diberikan untuk melemaskan otot-ototnya. Latihan pengibaran bendera tadi benar-benar menguras tenaganya.

Sejenak kemudian Intan teringat sesuatu. Ia merogoh sakunya dan menemukan kertas aneh yang ia temukan tadi pagi. Ia putuskan untuk menyempatkan membaca lanjutannya. Intan pun tenggelam dalam kertas-kertas itu.
Banyak yang kudapatkan dari barak ini. Kawan, guru, maupun orang tua sementara. Yang pasti kami diajar untuk siap bertahan di kerasnya kehidupan. Setiap teriakan, setiap bentakan, semuanya memacu adrenalin kami untuk pembiasaan. Ini bukan apa-apa. Mungkin di peperangan akan banyak hal yang lebih buruk tak terelakkan.

Kami pun merasa semakin erat. Rasa suka, rasa duka, kami rasakan dalam kebersamaan. Semuanya menimbulkan kekukuhan persaudaraan. Banyak cerita di sini. Dan dalam setiap cerita mengandung makna yang dalam bagi kami.

Aku ingat saat-saat pertama aku bergabung dalam barak ini. Suara bentakan tak henti-hentinya meluncur dari mulut Komandan. Apalagi apabila kami melakukan kesalahan. Hukumannya pun dapat menguras tenaga seharian.

Siang malam kukerahkan kekuatan. Berlari. Merayap. Berguling. Semuanya dilakukan agar kami siap menghadapi pertempuran. Jiwa raga kami ditempa. Tapi ada suatu perasaan aneh di dalamnya. Kami diperlakukan demikian, tapi kami tak benci dengan Komandan. Setiap kami berpindah ke tempat lain dengan berbaris, mengayun langkah yang seirama, kami bernyanyi. Dan sering kulihat Komandan bernyanyi bersama kami. Menjalarkan semangatnya ke sanubari setiap prajurit.

Dari itu aku sadar, kami semua punya satu tujuan. Entah aku anak siapa dan ia anak siapa. Kami semua menginginkan kemerdekaan. Kembali teringat di otakku kisah sumpah pemuda. Saat itu hawa persatuan sudah mulai dihembuskan. Kebersamaan dan persaudaraan sudah mulai didengungkan. Dan dari itu semua segala perjuangan menemukan revolusinya.

Mungkin pengalaman ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa di kemudian hari. Baik untukku, untuk kawan-kawanku, keluargaku, maupun orang-orang lain yang pernah hidup di bumi ini. Aku percaya itu. Ya, aku percaya.

Oh, ya. Besok kami akan melakukan penyerangan. Semuanya sudah disiapkan. Semoga penyerangan kami kali ini berhasil.

Intan memasukkan kembali kertas itu ke dalam saku. Teringat olehnya tadi ia sempat menggerutu karena latihan pengibaran bendera hari ini begitu melelahkan. Ah, ternyata belum sebanding dengan usaha para pejuang dahulu.

“Paskib! Kumpul semua!” suara Kak Renny, pembina pasukan pengibar bendera sekolah Intan. Intan pun segera beranjak dari tempatnya duduk. Bergabung dengan kawan-kawannya yang lain.

***

Setelah menyelesaikan semua tugas-tugas sekolahnya, Intan segera membongkar ranselnya. Dicarinya kertas yang tadi pagi kembali ia temukan. Kemarin latihan pengibaran bendera benar-benar membuatnya lelah. Sesampainya di kamar langsung saja ia merebahkan diri di ranjang. Malam ini tidak. Ia masih punya cukup tenaga untuk mendalami kisah di dalam secarik kertas yang ia temukan.

Delapan jam sebelum penyerangan. Peralatan disiapkan dan barang-barang dibereskan. Jangkrik bersahut-sahutan seolah-olah menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Bulan di atas kepala akan menjadi saksi perjuangan kami. Juga langit yang dipenuhi bintang kali ini. Suasana seperti ini mengingatkanku pada keluarga.

Langit musim kemarau delapan tahun yang lalu. Ada aku, Aisyah, Ibu, dan Ayah. Kami memandang langit dari beranda. Ada bulan, juga bintang yang berkelip. Benar-benar indah.

Kupandang kembali langit di luar. Bagaimana kabar Aisyah dan Ibu? Sudah lama tak kujumpai mereka. Setidaknya kami masih melihat langit yang sama.

Ridwan pun sama denganku, memandang langit. Wajahnya damai dalam siraman cahaya bulan. Ketika kuhampiri, ia hanya menunjukkan senyum. Kemudian aku duduk di sampingnya.

“Kau tahu, kenapa bintang-bintang di atas itu begitu indah?” katanya kemudian. Aku menengok ke arahnya. Ia masih lekat dengan langit di atas.

“Karena mereka penuh dengan energi.” ujarnya, masih menatap langit.

“Semakin besar energinya, semakin cantik kelihatannya. Lihatlah di atas sana, mana yang paling menarik perhatianmu? Yang paling terang bukan?”

Aku ikut menatap langit. Di sana, bertabur ribuan bahkan jutaan titik-titik terang yang indah. Mereka berkedip-kedip, menciptakan ritme, bernyanyi dengan cahaya.

“Begitu juga manusia. Kita diciptakan tidak sendirian seperti matahari. Juga tidak terlalu berbeda seperti bulan. Kita seperti bintang.” katanya lagi.

“Energi yang bergelora. Lihatlah bulan itu, ia dapatkan cahaya dari matahari. Sehingga ia kelihatan indah juga. Sedangkan sebenarnya matahari adalah bintang.”

Kubiarkan kawanku itu memuja keindahan langit malam. Bintang di atas sana masih berkedip. Jangkrik pun tetap mengkerik. Dalam hati aku berdoa, semoga bintang kami terus bersinar.

Intan melipat lembar kertas itu. Intan sadar, semakin banyak ia membaca kertas-kertas aneh itu, semakin banyak pula hal-hal yang selama ini terlupakan olehnya ia dapatkan kembali. Disimpannya kertas lusuh itu di dalam rak bukunya. Bercampur dengan kertas-kertas aneh lainnya yang lebih dulu masuk ke sana.

Intan pun bergegas tidur. Ia harap mimpi indah yang akan hadir dalam tidurnya. Mengantarnya menuju pagi. Menjalankan hari-harinya kembali.

***

Intan gelisah. Semenjak kertas yang menceritakan delapan jam sebelum perang yang ia dapatkan beberapa hari yang lalu, tak pernah ada lagi kertas aneh di dalam laci mejanya, walau sudah ia cari seteliti mungkin, sampai merogoh-rogoh sambil berjongkok.

Tetapi pagi ini mungkin kertas itu datang lagi. Begitu terus yang ada di benak Intan. Ia masih percaya kalau kisah di kertas itu ada kelanjutannya. Dan benar saja. Setelah bergelisah hati menunggu kertas aneh itu muncul kembali selama 5 hari, datanglah secarik kertas menjadi jawaban.

Ridwan gugur di medan perang.

Hanya sepenggal kalimat. Sepenggal kalimat yang membuat Intan benar-benar terdiam. Sungguh tak diduga Intan. Ada kesedihan di sana, di dalam kalimat itu. Tiba-tiba muncul sejuta tanya di dalam benak Intan. Apakah yang sudah terjadi di sana? Intan pun masih tak percaya berita ini.

“Kok, wajahmu pucat, In?” tegur kawan sebangku Intan. Dan Intan tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dimasukkan kertas yang baru ia temukan ke dalam ranselnya. Mengubur rasa ingin tahunya sejenak, tenggelam di balik buku-buku.

***

Esoknya, Intan kembali menemukan kertas di dalam laci meja. Disimpannya hingga jam sekolah usai. Ditahan hasratnya untuk mengetahui kabar dalam surat itu segera. Ia ingin membaca dalam suasana yang tenang. Sampai pada waktu yang telah ditunggunya, ia pun mulai membaca.

Pagi yang buta. Embun setetes-setetes mengundang riak. Dedaunan membisu. Mungkin selaras dengan hatiku yang kini sedikit beku.

Ah. Aku jadi tak kenal diriku lagi. Bukan diriku jika seperti ini. Mungkin pagi memang masih buta. Tapi sebentar lagi mentari pasti akan membara.

Ridwan, kenapa begitu cepat kau tinggalkan aku di sini?

Dini hari seminggu yang lalu, perang dikobarkan. Suara derap langkah berpadu dengan senapan dan teriakan. Sempat kudengar jerit yang begitu memilukan. Semuanya dalam ketakutan. Tak dapat kubayangkan bagaimana perasaan orang-orang biasa yang terjebak peperangan dahulu, seperti Ayah. Bertumpuk-tumpuk seperti sarden di gorong-gorong demi hidup lebih lama. Yang bisa dilakukan mereka mungkin hanya berdoa, merasa sangat kecil di hadapan Tuhannya.

Perang kemarin pun menyisakan berbagai sejarah. Banyak orang terluka, berdarah-darah. Dan teman terbaikku gugur di dalamnya. Sebelum kematiannya pun ia sempat meneriakkan cita-citanya: “MERDEKA!!!”

Kepalanya yang disimbahi darah, juga badannya yang memar-memar memerah, tak menghalanginya untuk menegakkan kebebasan di tanah air tercinta.

Semua orang berjuang. Dengan tekad membara, dengan semangat berkobar, kami menerjang lawan. Memang belum kami raih kemerdekaan. Tapi kemenangan kecil semalam menjadi semangat besar bagi kami. Ridwan, semangatmu tak akan pernah padam.

Barak tentara. Memang tak ada bidadari di sini. Tapi ada kenangan aku dan Ridwan. Juga kawan-kawan yang lain, yang sama-sama berjuang untuk meraih kemerdekaan. Perjalanan kami masih panjang. Musuh pun belum menyerah dalam perang. Pesan yang selalu terselip dalam doa, semoga keadilan dapat segera ditegakkan. Dapat segera ditegakkan.

Tulisan Hasan berhenti di situ. Ada satu pesan yang tersangkut di benak Intan. Ia harus selalu berjuang. Kertas-kertas aneh yang membawa kebaikan. Ada haru dan romantika persahabatan di dalamnya. Juga semangat juang yang selalu tersirat di setiap baris kalimatnya. Ia jadi ingat, ia harus melakukan yang terbaik di mana pun berada. Termasuk melaksanakan tugas pengibaran bendera di sekolahnya.

Hari-hari ke depan, Intan tak pernah lagi menemukan kertas aneh dalam laci mejanya. Kertas-kertas misterius yang sebelumnya ia simpan di kamarnya--di dalam rak bukunya--pun lenyap tak meninggalkan bekas. Seolah-olah menguap bersama titik embun yang setiap pagi membasahi daun. Tapi Intan tidak cemas. Semangat kedua pejuang dalam kertas tersebut sudah terukir di jiwanya. Mungkin Intan hanya berharap, semoga kertas aneh itu mampir juga ke laci meja kawan-kawannya. Menularkan semangat perjuangan dan cinta akan bangsa lewat tulisan-tulisan harian Hasan.


Bandar Lampung, 2009
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Lucu sendiri kalau membaca karya-karya kita di masa lalu. Jadi ingat proses pembuatan cerpen ini--yang gak akan saya tulis di blog, fufufu.

Masalahnya, saya masih belum dapat ide untuk cerpen cinta saya ini. Oh, God. Doakan saya untuk bisa memenuhi deadline, ya. Saatnya untuk cari-cari ide ke sana ke mari. Mungkin saya akan jalan-jalan sebentar di sekitaran PJMI, menjahili teman-teman satu kosan, atau pun pergi bertapa dulu di kamar *semoga gak ketiduran*. Salam sastra! (҂'̀⌣'́)9

28.9.12

Things We Forget About Life

I found these pics on my facebook timeline. Very true. :)



























Fight! (҂'̀⌣'́)9

22.9.12

Hello, Journalist!

So, this week, I was invited to my first gathering with my other friends of Warta Kampus STAN (WK STAN), & today I got my first job in WK. It was so exciting! :D

I remember how I was excited when I was accepted as one of campus journalists in Media Center STAN in my first year as college student. There was really amazing & priceless experience, although I just did that only for several months before I resigned. My condition in that time forced me to choose between dedicating myself to Media Center STAN, or spending my free time to be a private teacher, to get money, besides my other campus organizations & study. That was my difficult time too because I had no laptop to help me accomplish the tasks I was ordered. I regret that decision a bit, because I was impatient & didn't try to stay any longer. Imagine if I didn't resign, I'd have almost 3 years of experience in journalistic!

But, it's okay, since I gain so much motivation in this new education year to active myself again. Cheer up! Cheer up! Cheer up! You will get more energies when you have enthusiasm. I realize, I did mistakes, I did many mistakes. Yet, that's the point of learning, the point of live my life. I did mistakes, to improve myself to be a better me. I realize I am imperfect, but to live the life to the fullest is the matter of striving to be perfect. That's human being's nature, & I know that from Aristotle's philosophy of ethics which is called Aristotelian Ethics. Yeah, after I read my textbook about profession ethics. :3

So, from now on, please, give 100% for everything you care, Dian. That's the rule. Maintain the enthusiasm. Live the life cheerfully. Many things in life you haven't discovered yet. Don't you feel really curious about this life? Thus, keep the spirit & do the best!

Bragging about myself a bit, hehe. This is my letter of acceptance in Warta Kampus STAN. I was interested in being a campus journalist again, then I applied as redactor. I hope it's not too late to be part of campus life. Besides WK, I have other activities to make my campus life more colorful. Oh yes, I love my life. Hope I can dedicate myself to the fullest.

Blurry photo, I do it on purpose to make your eyes slanted, haha :p

12.9.12

How Are You, Buya?

I miss you. Really miss you. I listened to some of your favorite songs this afternoon, & it tears me up. I remembered that many things I haven't done for you yet. I remembered somethings you asked but I denied. It brought me to this sentimental atmosphere. How are you up there, Buya?

I hope you are happy, be near of The Almighty. I wish you get the best from Him. Living in the comfort place, where the birds fly & the grass is blown up by the wind, living in the place you've dreamed all the time when you were here beside me. How is heaven? Do you have a beautiful angel who accompany you as Mamah? I hope you are not feeling alone up there, because I know you're in the best place for the human being right now, embraced by The All-Merciful.

Do you remember some joke from one of your favorite songs? You used to tease Mamah, said to her that she was very beautiful when she was young, just like an actress in Savage Garden - "I Knew I Loved You" video clip. And you were like the actor, haha. Do you know, Buya? Mamah is still beautiful as you remembered. She is the strongest woman I've ever known. She has a restaurant now, she is struggling to make a living from it. Incredible, right? Just remember how you teased her, said that her cooks was not that great, but she made it! Hope her business goes well.

And words can not describe how I adore you as my father, Buya. You're the best father for me. Thanks for everything. Thanks for everything. Thanks for everything. I'm still struggling to be your best daughter. Wish me to be stronger, so I can cheer Mamah, Bulqis, & Sanju up, engage them to live in a cheerful life. Wish me to be more mature, as a grown-up, I realize that I still often do childish tings. All my prayers for you. I miss you & love you so much. ♥


1.9.12

What is Pregolom?

As a newbie blogger, I can't help my curiosity to check stats & wanna know how everyone comes to my blog. Then I noticed that I've been tracked by someone with this address:

It's interesting because it's not Google, Facebook, or Twitter where the traffic sources usually come from. So I browsed pregolom.com & found that it leaded nowhere. Found something odd, I made a little research by Google.

I found that it's a referrer spam. Someone said that it leaded him on Russian porn site. *compare to me who was leaded on nothing*
Owners of newer blogs, with less established traffic, will see their pageview counts fluctuate more. So, the best way to make referrer spam stop spamming our stats is by stop clicking on the links on our stats logs. Just concentrate on posting good things on our blog & the referrer spam won't be an issue.

One more thing we can do to avoid these referrer spams is by reporting them to privacyprotect.org. Privacy Protect is the website where the owners of the sites can register their domains to avoid spammers, telemarketers, identity theft, or fraud. They ensure that our private information is not published by replacing all our publicly visible contact details with alternate contact information. Reporting the spammers on Report Abuse will make the domain name owner information public or they'll provide us with the necessary details. They shall also forward the complaint to the sponsoring registrar so the sponsoring registrar may take appropriate action on the domain name itself. I don't know this Pregolom & other spammers have registered their domains on this site or not & how much good it will do, but I hope it works.

31.8.12

About Failures

Inspired from one of my friends' status on facebook.


If you've never failed, you've never tried anything new.

Many of us, including me of course, have ever faced the failures as something depressing, something bitter, something smothering. But, if we see the pic above, we will see failures from different way. Something often forgotten is a wise word -- failure is a delayed success. The important thing is how we rebuild our self-confidence & come back to battlefield, maybe to face another failure before we get the victory.

Big Zaman at his
graduation ceremony.
Another inspiring facebook status came from my friend. This is a story about the so-called unlucky children, or they are lucky? It depends on how we see by our own glasses. :D

He is Big Zaman, a graduated college student from a prestigious university in Indonesia. He is just an ordinary boy like other boys. But when you read his story about his struggle to accomplish his education, you'll say to yourself that he is amazing. Have he suffered failures? Yes. Just read this & reflect on our own story.

Dawn Loggins at her high school
graduation ceremony in Lawndale.
One more amazing story came from Uncle Sam's land. Dawn Loggins is a girl who was abandoned by her parents, grew up in a ramshackle home with no electricity & no running water. She worked as janitor in her high school & still could keep her status as a straight-A student, even she was accepted to be one of super prestigious university students, Harvard. You don't want to skip her story, right? Just read her story & you'll feel it enlightens you. She is amazingly amazing, isn't she?


Those are examples of positive thinking & the power of determination. Many inspiring stories about failures remain we can learn from. Let's be strong & never give up to reach our dreams. Failure is failure if we never learn from it.


Life is God's gift to us, including failures. We just haven't been aware of that. Maybe we need an hour, a day, or years to make us realize that God gave us failure to make us stronger, humble, or try anything new.