Pages

28.2.15

Orang-Orang yang Mencari

Pengalaman hidup membentuk seseorang, baik itu cara pandang, bentuk kasih sayang, bentuk kepedulian, kemarahan, sikap, cara berkata, dan memilih kata. Semua terbentuk bukan tanpa sebab.

Setiap orang lahir dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang sebagai anak sulung, anak tengah, anak bungsu, atau anak tunggal. Ada yang memiliki orang tua sejak kecil dan merasakan kasih sayang, ada yang memiliki orang tua tapi tidak pernah mendapat kasih sayang, dan ada pula yang tidak memilikinya sehingga tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang.

Ada yang lahir dengan paras rupawan, ada yang tidak. Ada yang dicaci sejak kecil sebab fisik yang tidak sempurna. Ada yang terus dipuja-puja seolah-olah tiada cacat tiada cela.

Ada yang memiliki keluarga harmonis, lengkap tiada kurang, harta selalu berlebih. Ada pula yang tidak memiliki semua itu. Untuk makan sehari pun perlu mengais seluruh tong sampah untuk diganti rupiah. Baru rupiah diganti dengan sebungkus nasi.

Ada yang masa lalunya bersih-suci-lurus-tertuntun. Ada pula yang masa lalunya hancur berantakan, sebab susila yang tidak terjaga. Hancurnya keluarga, ketiadaan perhatian, atau sebab apapun yang menjadikan masa kecil dan masa lalunya tidak seindah orang lain. Yang membekas dan membayangi kehidupannya hingga saat ini.

Ada yang dididik beragama, ada pula yang tidak. Sehingga, mereka baru melakukan pencarian dengan pertanyaan-pertanyaan kritis di usia dewasa. Ketika orang lain mungkin sudah tidak bertanya lagi mengapa beragama.

Dalam pencarian itu, ada yang menemukan ada pula yang tidak. Ada yang membuat pilihan ada yang membiarkan dirinya mengalir.

Dan aku, aku adalah orang yang selalu kagum dengan orang yang melakukan pencarian. Pencarian tentang hidup mereka yang seungguhnya. Pertanyaan-pertanyaan hidup yang kritis, pemahaman hidup yang sangat jauh dari kata dangkal. Cara mereka memilih sikap dan memilih risiko.

Aku selalu kagum dengan orang yang melakukan pencarian siapa Tuhannya. Bertanya-tanya mengapa manusia saat ini membuat banyak Tuhan sementara mereka adalah manusia yang sama. Akan sangat aneh jika Tuhan ada lebih dari satu dan menciptakan manusia di satu bumi yang sama.

Aku selalu kagum dengan orang yang melakukan pencarian tentang kehidupannya. Kehidupan seperti apakah yang sejati? Sebab, hidup bukan spekulasi. Seseorang tidak akan tahu kematiannya dan apa yang terjadi setelah dia mati. Jika setiap tuntunan menjanjikan surga, sekali lagi hidup bukan spekulasi. Perlu ada pilihan yang diyakini dan konsekuensi yang diambil.

Orang yang mencari apa tujuan hidupnya akan bertanya-tanya mengapa dia diciptakan dalam kondisi yang seperti itu. Kondisi yang mungkin orang lain sama sekali tidak akan pernah merasakannya. Kondisi yang menempatkannya pada barisan orang-orang yang mencari. Orang-orang yang bertanya-tanya adalah orang-orang yang pada akhirnya akan menemukan. Mereka adalah orang-orang yang memilih karena mencari-memahami-menyadari-lantas mengakui. Tidak sekadar menerima saja keyakinan warisan nenek moyang. Orang-orang yang memilih karena paham apa yang menjadi pilihannya. Tidak sekadar doktrin orang-orang yang dianggap alim dan suci.

Orang-orang ini paham betul bahwa tuntunan tidak selalu tercermin pada penganutnya. Ketika orang-orang saling membunuh dan berbantah dengan alasan membela Tuhan, ketika orang menjadikan tuntunannya sebagai benteng dari kesalahannya, ketika orang membenarkan tindakannya dengan dalih ayat suci, dia tidak terpengaruh oleh mereka. Sebab, tuntunan yang benar akan tetap benar. Hawa nafsu pengikutnyalah yang merusak.

Ketika banyak pengikut yang lebih memilih untuk menyesuikan tuntunan itu kepada cara hidup yang disukainya, orang-orang yang mencari dan menemukan akan memilih untuk menyesuikan cara hidupnya kepada tuntunan yang telah dia pilih. Meski dia harus meninggalkan cara hidupnya yang lama. Sangat berbeda, bukan?

Aku selalu kagum dengan orang yang melakukan pencarian. Pencarian yang sangat berisiko. Tidak semua orang mau melakukannya dan lebih merasa aman menerima saja. Maka aku bersyukur, ketika aku menemukan orang-orang yang mencari. Sebab, aku ternyata tidak sendirian.

Semoga pencarian ini menuntun jalan kita di jalan-Nya. Pada setiap langkah kita menuju-Nya, Dia akan mendekat lebih dekat. Dan Dia-lah yang akan menuntun langkah kaki kita. Sejauh kita percaya bahwa kita menuju Dia yang hanya satu. Dia yang menciptakan langit dan bumi. Dia yang menciptakan manusia.


-- Kurniawan Gunadi

No comments:

Post a Comment