Pages

30.4.13

Halo, Mah, Assalamualaikum. Lagi Apa, Mah?

Halo, Mah. Assalamualaikum.
Waalaikumsalam.
Lagi apa, Mah?

Hai, Mah. Apa kabar? Seperti biasa malam ini Dian telepon mamah lagi tadi. Dian tanya kabar mamah, kabar adik-adik, dan kabar saudara-saudara kita di sana. Ada apa di sana? Bagaimana sekolah Balkis dan Sanju? Bagaimana kabar datuk, sudah pulih kesehatannya? Dan yang paling penting, bagaimana kesehatan mamah? Sehat-sehat saja, kan?

Mah, tau gak, mah. Dian sering membayangkan bagaimana perasaan mamah, lho. Apa rasanya, mah, jadi mamah? Sering Dian kepingin nangis kalau membayangkannya. Mamah dulu punya mimpi, gak, mah? Mamah dulu punya cita-cita, gak, mah? Dulu apakah mamah punya keinginan seperti Dian untuk punya pendidikan yang tinggi, rumah yang bagus, anak-anak yang berbakti? Apalagi kalau sekarang membayangkan mamah kerja sendiri berjualan nasi di rumah. Mamah pernah merasa capek dan jenuh gak, mah?

Mah, mamah pernah merasa kesepian gak, mah? Dian belum bisa membayangkan, mah, kalau misalnya orang yang Dian cintai, yang setiap hari tidur di sebelah Dian selama 22 tahun, yang selalu Dian sambut dan lepas di ambang pintu ketika mau pergi bekerja, orang yang sering mengobrol, bercanda, dan menasihati Dian dan anak-anak Dian, juga orang yang bau keringatnya sampai Dian hafal, tiba-tiba menghilang, dan Dian masih harus berjuang panjang sendiri membuat anak-anak Dian berdaya. Dian belum bisa membayangkan kalau misalnya Dian yang jadi mamah.

Untungnya suara mamah di seberang telepon selalu lembut dan ceria. Mamah sedikit sekali mengeluh kepada Dian, kepada Balkis, kepada Sanju, walaupun mamah pernah mengeluh juga, tetapi Dian maklumkan, karena kepada siapa lagi manusia tempat mengeluh selain Dian, setelah kepergian Buya? Mah, apakah selama ini Dian bisa jadi tempat ngobrol yang baik, jadi pendengar yang baik, sama baiknya seperti Buya? Rasa-rasanya yang lebih banyak mengeluh dan bercerita di telepon itu Dian ketimbang mamah, hehehe.

Mah, sabar, ya. Semoga mamah selalu kuat. Semoga Dian, Balkis, dan Sanju selalu kuat, jadi bisa menguatkan mamah terus di saat mamah merasa lemah. Terima kasih, mah, atas setiap sms "lagi apa?" dan "sedang di mana?"-nya. Dian merasa jadi orang yang diperhatikan terus oleh pesan-pesan pendek itu. Terima kasih banyak sudah sering mengingatkan sholat dan mengaji untuk Buya. Terima kasih banyak sudah menjadi mamah Dian.


No comments:

Post a Comment