Di bawah ini adalah contoh naskah film pendek yang pernah saya buat. Ide cerita dari Riyan Al Fajri, dikembangkan oleh saya & beberapa teman yang lain. Jika ingin men-download versi pdf-nya, silakan download di sini.
(Insert
Title Here)
by
Dian Rizki
Hidayati
(7 Oktober
2012)
Draft 2
FADE IN:
1.
INT. KAMAR JONI – PAGI – 27 OKTOBER – 07.30 AM
INSERT SUBTITLE: Jakarta, 27
Oktober 2012
Seorang pemuda, Joni, 19
tahun, masih tekun memeluk guling di kamarnya. Matahari sudah menembus
tirai-tirai jendela. Kemudian ia dikejutkan dengan suara alarm weker di sebelah
ranjangnya.
JONI
(VOICE OVER)
(cuci
muka, gosok gigi, pakai baju)
Gue Joni, 19 tahun, mahasiswa. Yah, kayak yang lo
liat sekarang. Bangun telat. Mandi
telat. Sarapan? Ah, jangan ditanya, deh. Boro-boro sarapan, pernah diajak
gebetan gue sarapan aja, gue ngaret 2 jam.
Visualisasi,
Joni terlambat datang, salah tingkah. Di meja sudah menunggu seorang gadis.
JONI
(setengah
berbisik)
Sori.
Gadis
tersebut kemudian melihat jam & melihat Joni secara bergantian, lalu
tersenyum dengan dipaksakan.
JONI
(VOICE OVER)
Jadi bisa ditebak sekarang.
Yak, gue jomblo. Tapi, gue nyantai aja, sih. Hidup untuk dinikmati, cuy.
(Mengambil
segepok kertas di meja berjudul “PROPOSAL”, memasukkannya ke tas)
Jangan salah. Proposal tadi titipan temen gue yang
aktivis. Kalo gue, mah, haha. Pokoknya, muka gue gak ngeksis sama sekali, deh,
seantero kampus—
2.
INT. RUANG TV KOSAN – PAGI
Joni melintasi ruang TV. Di
TV, sedang disiarkan BERITA tentang DEMO MAHASISWA.
JONI
(CONT. V.O.)
Apalagi demo. Jemur-jemuran
pagi-pagi. Ah,
ogah banget, dah.
3.
EXT. JALAN ANTARA KOSAN – KAMPUS - PAGI
Joni kemudian beranjak ke
kampus dengan buru-buru. Ramai orang berlalu-lalang.
JONI
(CONT. V.O.)
Orang bilang, berubah itu suatu keniscayaan. Ya,
pada akhirnya gue berubah, kok. Berubah ke arah yang lebih baik.
4.
EXT. KORIDOR KAMPUS - PAGI
Di perjalanan, pandangan Joni
sempat teralihkan oleh seorang GADIS CANTIK yang berjalan berlawanan arah
dengannya. Terlalu asyik menikmati pemandangan segar tersebut, Joni MENABRAK
TIANG koridor kampus. Di belakang gadis cantik itu ternyata segerombolan
mahasiswa sedang mengikik melihat tingkah Joni.
JONI
(CONT. V.O.)
Sayangnya, bukan ini yang buat gue berubah.
INSERT TITLE:
5.
INT. RUANG KELAS – PAGI
SEKUMPULAN MAHASISWA,
sekitar 30 orang, berada dalam kelas, sedang menekuni buku-buku dan catatan.
Dosen, wanita cantik BERLIPSTIK MERAH, sedang duduk di depan, memeriksa buku
dan berkas-berkasnya, kemudian ia seperti melihat sesuatu di antara mahasiswa.
Joni
tertidur di meja, mulutnya menganga. Persis seperti tadi pagi saat ia masih di
ranjangnya. Kemudian
ada WEKER yang disodorkan oleh dosen itu ke telinga. Weker berdering. Joni
terperanjat. Wajah ibu dosen sudah terlihat sangat jengkel.
IBU
DOSEN
Sepertinya mahasiswa yang rajin satu ini sudah siap
kalau saya kasih tugas paper.
Joni masih melongo.
IBU
DOSEN
Nilai UTS kamu jelek. Kalau gak mau dapet D di nilai
akhir, kumpulin paper-nya besok pagi, ya, pas ada kuliah umum. Temanya tentang
pemuda zaman kemerdekaan.
Joni masih tetap melongo. Ibu
Dosen berlalu. Kemudian Joni melengos, mengusap wajahnya.
6.
INT. KAMAR JONI – MALAM
JONI
(VOICE OVER)
(Benda-benda
yang disebut Joni bermunculan satu-satu bersamaan dengan kata-kata Joni.)
Kertas. Mi instan. Air mineral. Cemilan. Yak, moga
ini cukup buat persediaan perang. Moga aja gue gak ketiduran,
kalo gak bisa mampus nilai gue.
Joni
duduk bersila di lantai, membongkar buku dan kertas-kertas. Dia
menggaruk-garuk kepala, kebingungan.
JONI
(CONT. V.O.)
Gila. Mau nulis apaan tentang
pemuda zaman kemerdekaan? Nulis tentang mereka perang-perangan? Apa gue
nyontek buku sejarah aja, ya.
Beberapa waktu kemudian, Joni
mendapat ide. Dia kemudian mengecek laptop, membuka browser, berselancar
Google. Joni membuka salah satu situs. Di sana terlihat gambar tentara yang
dicoret-coret mukanya. Joni membacanya sekilas.
JONI
(CONT. V.O.)
Wah, kalau gue lahir zaman perang begini, gue
ikut-ikutan perang juga kali, ya.
Joni
membayangkan:
7.
EXT. BARAK TENTARA – PAGI
Joni, dengan PAKAIAN
TENTARA, muka CORENG-MONTENG, membawa SENAPAN, tertidur sambil duduk, juga
dengan mulut menganga.
KOMANDAN
Hei, prajurit! Ayo bangun! Latihan! Latihan!
(menggedor-gedor pintu dan tembok)
Joni terbangun, membuka
mata.
8.
INT. KAMAR JONI – MALAM
Joni
membuka mata, tersadar dari lamunannya.
JONI
(VOICE OVER)
Wah, kalo gitu caranya, gue gak
bisa tidur nyenyak, dong.
Joni
kembali menatap laptop-nya. Tangannya mencoba meraih CEMILAN yang ada di
sebelahnya. Tetapi, ada tangan lain di sana. Dan tangan Joni tidak sengaja
memegang tangan itu. Joni, dengan mata masih terpaku di layar laptop,
meraba-raba TANGAN KERIPUT tersebut. Kemudian Joni menengok. Ternyata, sudah
ada seorang KAKEK di ujung hidungnya, berbaju BATIK, memakai BLANGKON.
JONI
(terperanjat)
HUAAAAA!
KAKEK
(terkekeh-kekeh)
Jangan takut, anak muda. Aku ini bukan hantu. Aku
manusia, sama seperti kamu.
JONI
(bingung,
tidak percaya)
Kakek
siapa? Kok, ada di sini? Ini kamar saya, kan?
Kakek itu masih
terkekeh-kekeh. Kemudian kakek itu bangkit. Berjalan menuju pintu, kemudian
menengok.
KAKEK
Lebih baik kamu ikut aku.
JONI
Saya masih ada tugas, kek. Saya juga gak tau kakek
ini siapa.
KAKEK
Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu. Percayalah,
aku akan menunjukkanmu sesuatu yang berharga, sesuatu yang mungkin kamu tak
bisa dapatkan dua kali. Kamu bisa lanjutkan tugasmu nanti.
Joni ragu-ragu. Kemudian dia
lihat laptop-nya dan kakek itu bergantian. Kemudian, dia putuskan untuk
beranjak, mengikuti kakek itu.
Kakek kemudian membuka
pintu. Serta-merta sinar putih menerobos masuk kamar Joni. Joni kesilauan.
9.
EXT. PINGGIR HUTAN – SIANG
Kakek dan Joni muncul begitu
saja di bawah pepohonan perdu di pinggir hutan. Joni kemudian melihat
tangannya, anggota tubuhnya, lalu melihat sekeliling. Joni seolah tidak
percaya. Dia mengucek-ucek matanya.
JONI
Di mana ini, kek? Saya dibawa kemana ini?
KAKEK
Lihatlah di depan sana.
Sekumpulan pemuda berbaju
tentara sedang sibuk memasak, meruncing bambu, memeriksa senapan, dan duduk
memainkan peluit.
KAKEK
(CONT’D)
Mereka adalah pemuda-pemuda di
masa lalu.
Seorang
tentara, namanya RIDWAN, lewat dengan membawa panci kecil berisi air, menuju
tungku yang terbuat dari batu berbentuk huruf U.
KAKEK (CONT’D)
Kamu tahu pemuda itu? Dia
tak lebih dari seorang anak yang tak punya orang tua lagi. Tapi semangatnya
dalam berjuang, untuk meraih kemerdekaan, benar-benar bergelora.
Seorang tentara, yang lebih
tinggi pangkatnya, mungkin sersan, masuk ke dalam sekumpulan tentara tersebut.
Tentara-tentara muda tersebut segera beranjak, kemudian berbaris. Lalu, sersan
tersebut berkata-kata sesuatu ke peleton tersebut.
JONI
I.. ini di zaman perang, kek? Saya gak lagi mimpi,
kan? Mereka bisa lihat kita, gak, kek?
KAKEK
(terkekeh-kekeh)
Mari kita ke suatu tempat yang luar biasa. Tempat
yang belum pernah kamu cicipi suasananya seumur hidupmu ini.
Mereka berdua kemudian
lenyap.
10.
EXT. HUTAN – SIANG (HUJAN)
Kakek dan Joni muncul dengan
tiba-tiba seperti kedipan mata di balik pepohonan. Joni hampir tergelincir.
Hutan sangat lembab dan ada tanah yang sedikit lapang yang becek karena hujan.
Di situ, RIDWAN, berseragam
lengkap, dengan senapan di tangan, berjalan di depan dengan tempo yang sedikit
lambat bersama kawanan tentara yang lain.
Ridwan bergerak menjauhi
tanah terbuka sampai suara SENAPAN MESIN memecah suara alam siang itu. Tubuhnya
terpelanting, terlumuri lumpur becek seperti kotoran.
Tentara yang lain tiarap.
Kakek tetap tenang. Joni terperanjat tanpa bersuara.
SERSAN
Ada serangan! Ada Serangan!
Tiba-tiba, sebuah bom
meledak di balik semak, terdengar seperti suara bom atom, yang merontokkan
bagian depan peleton tersebut. Beberapa orang di belakang panik berbicara lewat
walkie talkie, bersembunyi di balik rerimbunan
semak lainnya.
11.
EXT. HUTAN – SEMAK DI BELAKANG TERJADI ADU SENJATA -(HUJAN)
TENTARA
3
Dokter! Segera ke sini! Dokter! Ridwan tertembak!
Senapan mesin terus
berkoar-koar.
TENTARA
2
(merebut
walkie talkie dari tentara 1)
Dokter! Segera ke sini! Dua orang sudah tertembak!
Jaya tertembak!
Suara roket kembali
menggelegar. Tanah lumpur bermuncratan, debu-debu berhamburan. Mereka kemudian
tiarap. Seorang tentara lain merayap dari belakang.
TENTARA
1
Siapa yang tertembak?
TENTARA
2
Ridwan dan Jaya.
12.
EXT. HUTAN – TITIK DEPAN (HUJAN)
Tentara 1 kemudian kembali
merayap ke depan. Lumpur berlepotan mengenai wajahnya. Desingan peluru senapan
masih membuat gaduh. Kemudian dia bersembunyi di balik batang kayu yang
melintang di dekat tanah lapang. Di situ, Jaya sudah tak bernyawa. Wajah dan
matanya sudah kotor oleh cipratan lumpur dan darah. Kemudian Tentara 1
mengintip dari balik batang kayu. Dilihatnya Ridwan sedang tak berdaya,
bersembunyi di balik gundukan tanah.
TENTARA
1
Ya, Allah!
Tentara 1 kemudian melihat
Sersan yang tak jauh berlindung darinya, tiarap, sambil sesekali menembakkan
senapan. Kemudian Tentara 1 kembali merayap ke depan, berlindung di balik
gundukan-gundukan tanah dan batang-batang pohon.
13.
EXT. HUTAN – TITIK DEPAN (HUJAN)
Tentara 1 merayap mendekati
Ridwan, memastikan bahwa ia masih hidup.
TENTARA
1
Ridwan! Ridwan! Bisa dengar aku?
Ridwan
mengerang. Terdengar suara senapan mesin. Cipratan lumpurnya mengenai mereka
berdua.
Tentara
1 berlindung, kemudian mengetahui letak si empunya senapan mesin tadi. Dia
berada di lubang persembunyian sekitar 10 meter dari tempatnya sekarang. Musuh
tersebut tiba-tiba kehabisan peluru. Dia kemudian sibuk mengisi
peluru-pelurunya.
Tentara
1 tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ditariknya granat. Kemudian
dilemparkannya ke dalam lubang tersebut. Dalam hitungan detik, lubang tersebut
meledak.
Tentara 1 bergegas mendekati
Ridwan. Ridwan terluka parah, dia tertembak di beberapa tempat, dengan
kesadaran yang sudah samar-samar.
TENTARA
1 (CONT’D)
Ridwan! Ridwan!
RIDWAN
(mengerang)
….Jangan…tinggalkan aku. Tolong, jangan tinggalkan
aku…
TENTARA
1 (CONT’D)
Aku akan menyelamatkanmu. Kau akan baik-baik saja. Kau
akan baik-baik saja.
14.
EXT. HUTAN – SIANG (HUJAN)
Pemandangan
dramatis tersebut menusuk mata Joni, menerobos sel-sel syarafnya. Membuat Joni
merinding, bergidik. Terlihat dari wajahnya yang memancarkan ketakutan dan
ketegangan.
KAKEK
Ini hanyalah secuplik perjuangan kami dulu yang
menginginkan kebebasan. Masih banyak orang lain di luar sana yang
mempertaruhkan nyawanya, merelakan dirinya untuk sebuah kemerdekaan. Mereka semua berjuang. Tentara-tentara menerobos peluru. Romusha membanting
dan mencabik tulang. Jugun ianfu menukar nyawa dengan kehormatan. Pada akhirnya
kemerdekaan pun dapat diraih. Karena itu, betapa tidak bersyukurnya jika kita
tidak berjuang, sama kuatnya, sama kerasnya, untuk membangun bangsa ini, melanjutkan
perjuangan mereka.
Kemudian semuanya putih.
Layar putih. Suara alarm berdering.
15.
INT. KAMAR JONI – DINI HARI – 02.05 AM
Alarm berdering. Joni
terbangun dikejutkan alarm yang berteriak itu. Dimatikannya alarm. Dilihatnya
jam. Jam 2 lewat 5.
INSERT SONG: INDONESIA
PUSAKA (SEBAGIAN BERSUARA MANUSIA SEBAGIAN INSTRUMEN)
Joni kemudian melihat
sekeliling. Bingung, tadi mimpi apa bukan. Kemudian dia tersenyum. Tak jadi
dipikirkannya. Dia lanjut membuka laptop, mengerjakan tugasnya tadi. Dia tidak
tidur lagi malam itu. Semangat—yang entah dari mimpinya atau bukan—sudah
memenuhi kepalanya, tak ada ruang lagi untuk kemalasan.
16.
INT. KAMAR JONI – SUBUH – 05.30 AM
Joni merampungkan paper-nya.
Sudah di-print, tinggal dijilid. Joni tersenyum. Kemudian dia segera ke kamar
mandi, lanjut berwudhu dan sholat.
17.
INT. GEDUNG SERBA GUNA – PAGI
Joni sampai di GSG sebelum
waktunya, berbaju rapi, berwajah cerah. Dia melihat beberapa peserta kuliah
umum ada yang sudah datang, dan beberapa orang sedang menyiapkan kuliah umum.
JONI
(VOICE OVER)
Gue mungkin gak tahu kejadian semalem itu mimpi atau
bukan. Tapi, yang gue tahu pasti, mungkin itu dikasih Tuhan buat gue. Thank
God, Tuhan bener-bener sayang sama gue.
Joni menghampiri Ibu Dosen
yang sedang duduk di kursi depan. Ibu Dosen menerima paper-nya dengan senang
hati. Ibu Dosen tersenyum, menepuk pundak Joni. Joni tersenyum.
JONI
(CONT. V.O.)
Hidup itu adalah perjuangan. Perjuangan untuk
mencapai kebaikan. Karena itulah esensinya manusia hidup, untuk mencapai
kesempurnaan dalam hidupnya.
Joni
kemudian beranjak dari tempat Ibu Dosen. Dia berhenti sebentar karena di
depannya ada gadis cantik yang dilihatnya tempo hari, sedang memandangnya,
tersenyum.
JONI
(CONT. V.O.)
Emang semua orang gak selalu bisa memulai sesuatu
hal dengan baik. Tapi, semua orang bisa menciptakan akhir yang baik dengan
perubahan. Dan buat gue, perubahan menjadi lebih baik itu, dimulai dari—
Joni
membalas senyum si gadis. Kemudian melangkah mendekati gadis itu.
JONI
(CONT. V.O.)
—sekarang.
Joni berkenalan dengan gadis
itu. Mereka terlihat bercakap-cakap.
18.
INT. SUATU SUDUT GSG – PAGI
Terlihat sosok kakek dari
belakang, ada blangkon dan rambut ubanannya yang khas, terkekeh-kekeh.
A QUOTATION AGAINST A BLACK SCREEN:
Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya
berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka, merdeka atau mati!” – Soekarno
FADE OUT and CREDITS ROLL.